Tentang Kita dalam Kata
Entah sudah berapa banyak draft tulisan yang aku buat tentangmu namun tak pernah terselasaikan. Malas mungkin bukan menjadi alasan. Tak juga ku mengerti mengapa demikian. Otakku mungkin enggan membagi segala hal manis yang berhasil ia simpan dengan rapi di salah satu sudut ruang kepala
Beberapa hal mungkin tak perlu dan tak bisa diungkapkan baik dengan lisan atau tulisan. Biar diam menyelesaikan tugasnya untuk menyampaikan pesan hati ke masing-masing.
Seperti diam yang hadir di setiap pertemuan kita.
Tiga ribu enam ratus jam, ah ya nyaris. Waktu yang tidak singkat untuk mengenal seseorang jauh lebih dekat. Tak pernah terbesit semua akan berjalan seperti saat sekarang ini. Bahkan terpikir untuk mengenalnya pun tidak pernah.
Diam mungkin lebih banyak hadir mengisi waktu kita bersama. Tapi mata selalu berbicara, dan aku percaya. Pun sampai saat terakhir aku masih tak berani menatap balik mata yang penuh dengan cahaya acap kali melihat diri ini bercerita.
Aku mungkin bukan peracik kopi yang handal, tapi aku selalu berusaha membuat secangkir kopi terbaik yang bisa aku siapkan untuk mengisi harimu atau hanya sekedar untuk menemanimu membaca berita di koran pagi.
Biarlah aku menjadi pekat yang tersisa tiap habis kau sesap, hingga akhirnya yang muncul hanya senyum bahagia yang tak pernah aku mengerti mengapa.
"Life is unfair" kata orang-orang di luar sana. Percayalah, memang begitu adanya. Entah sudah berapa banyak ketidakadilan yang ikut serta hadir meramaikan sepinya hidup ini.
Jangan tanya soal bahagia. Tawa lepas yang pecah saat bersama yang mana lagi yang kau dustakan kebagiaannya?
Tak ada yang berhak memisahkan kecuali Tuhan maha semesta alam.
Tigapuluh dua kilometer mungkin menjadi jarak terjauh yang dapat kita lalui. Semoga bukan yang terkahir tentu saja harapku.
Ya, termasuk aku yang tak punya hak sedikit pun untuk memisahkan kalian..
dan bahkan kalian juga tak berhak memisahkan kita.
Kalian
tidak seharusnya berada diantara kita, atau aku yang seharusnya tidak
pernah berada diantara kalian sehingga tidak tercipta sebuah kita?
Perjalanan masih panjang, tapi setiap perjalanan pasti memiliki akhir. Entah berakhir karena memang telah mencapi garis akhir, atau berakhir karena kehabisan bahan bakar atau juga karena terjadi kecelakaan. Aku tidak tahu..
yang ku tahu, aku tak bisa mencapai kilometer ke tigapuluh tiga untuk kali ini.
Perjalanan panjang ini memang belum berakhir, tapi kita bisa mengakhirinya dengan ataupun tanpa alasan.
Kau tau kau sangat tak ingin kehilangan saat kau bener-benar menginginkan ia untuk menghilang, dan kau tahu kau begitu menyanginya saat kau menyuruhnya pergi untuk menyayangi seutuhnya ia yang begitu 'menyanginya'.
Jakarta atau bahkan kota-kota lain mungkin masih menunggu kita dan sejuta kebahagiaan yang akan kita ajak bersama.
Kuharap semesta berbaik hati untuk meng-Amiin-i semua mimpi yang selama ini diimpikan.Sincerely,
yours
0 komentar