Menggapai Langit Ujung Sumatera
Sebut saja seorang mahasiswa yang memasuki tahun terakhir perkuliahannya merasa bosan dan perlu untuk liburan. Rutinitas yang terbatas ditambah asap tebal yang menyelimuti sejumlah besar wilayah Ogan Ilir membuat ia semakin ingin pergi keluar pada saat itu. Beruntung. Semesta membacanya dan memberi persetujuan dengan berbaik hati mengirimkan seseorang yang kembali mengajak bertualang.
"Mau naik gunung lagi gak?" tanya seorang sahabat di salah satu aplikasi chat messenger.
Ada tiga hal yang langsung menjadi pertimbangan saat itu juga. Waktu, akses ke lokasi dan dana. Tanpa pikir panjang gue langsung melihat kalender, mengosongkan jadwal dan memperkirakan yak-kayanya-gue-bisa-sip-jadiin-daaaah *mengcungkan jempol*. Satu udah oke, nah lokasi. Well, tujuan gue kali ini berada di ujung pulau Sumatera. Yep! adalah Lampung atau lebih tepatnya berada di wilayah Kalianda.
Sebagai seorang yang sedang menempuh pendidikan di wilayah Sumatera Selatan, Lampung tidaklah sulit untuk ditempuh, yaa setidaknya masih bisa terjangkau dalam seharilah yaa. Oke, terakhir yang paling crusial adalah masalah tanggungan. Alhamdulilah-nya digit yang ada di tabungan gue cukup buat sampe pulang, tapi sialnya gak cukup buat sampe akhir bulan *tears down*. Gapapa deh ya puasa, yang penting jalan. Well, Lampung, see you soon *senyum paling manis*
Sebagai seorang yang sedang menempuh pendidikan di wilayah Sumatera Selatan, Lampung tidaklah sulit untuk ditempuh, yaa setidaknya masih bisa terjangkau dalam seharilah yaa. Oke, terakhir yang paling crusial adalah masalah tanggungan. Alhamdulilah-nya digit yang ada di tabungan gue cukup buat sampe pulang, tapi sialnya gak cukup buat sampe akhir bulan *tears down*. Gapapa deh ya puasa, yang penting jalan. Well, Lampung, see you soon *senyum paling manis*
Jumat pagi, bermodal keyakinan pada diri sendiri, gue udah nongkrong kece di pinggir jalan lintas timur tepat di belakang kampus. Sengaja gak mesen tiket karena berniat untuk memberhentikan bus yang lewat menuju ke Lampung. Biar lebih murah ceritanya. 15 menit, 30 menit, 45 menit dan sudah satu jam lebih menunggu tapi belum juga ada bus yang lewat. Gak lama, sebuah mobil ber-plat BG menepi dan diketahui bahwa mobil ini adalah travel yang menuju ke Lampung. Tawar-menawarpun terjadi, sampai pada akhirnya gue memutuskan untuk ikut naik karena diyakini gak akan ada bus yang muncul sampai siang nanti. Iya, berdasarkan pengalaman gue bolak-balik pulang ke Jakarta via darat, bus menuju ke sana itu baru lewat sekitar pukul 14.00 wib, sedangkan gue udah standby dari orang-orang mulai kuliah pagi (,--)/.
Perjalanan cukup melelahkan karena akhirnya gue musti dioper ke travel lain dan ujungnya dioper lagi ke bus damri yang kebetulan banget ada dibelakang mobil yang sedang gue tumpangi. Baiklah. Semua indah sampai bus damri tadi ternyata mangkal dulu di stasiun Tanjung Karang, Bandar Lampung. Damnit! Perhitungan gue yang kalo-berangkat-pagi-paling-lama-nyampe-tkp-itu-ba'da magrib-biar-gak-malem-malem-banget itu semua buyar. Yaa namanya juga hidup, kadang harapan banyak yang gak sesuai sama kenyataan. Jadi pelajaran banget deh yaa kalo mau kesana lagi *sigh*
Oiya, kalo waktu trip ke Prau gue dari Jakarta - Wonosobo sendiri, nah Indralaya - Kalianda sekarang ini gue...... sendiri juga dong. Bangga sama miris itu beda tipis sih ya kayanya *benerin jilbab*.
Oiya, kalo waktu trip ke Prau gue dari Jakarta - Wonosobo sendiri, nah Indralaya - Kalianda sekarang ini gue...... sendiri juga dong. Bangga sama miris itu beda tipis sih ya kayanya *benerin jilbab*.
Well, sekitar pukul 22.30 akhirnya gue tiba di Kalianda. Kedatangan gue langsung disambut sama topeng dan abang-abang yang ditugaskan untuk menjemput gue. Wogh! temen baru *feeling excited*. Datang dengan muka kelaperan dan langsung ngerengek minta cari makan adalah kesan pertama yang cukup bagus untuk tidak dilupakan. Sebagai seorang jomblo yang harusnya menjaga image biar ada yang deketin, gue merasa bodo amat :))))
Laper bego, udah makan ngantuk. Kelakuan banget gak di mana-mana ya. Meski Payung Teduh berkata malam terlalu malam, pagi terlalu pagi, tidur itu perlu gaes. Dan meski gue gatau di mana korelasi di antaranya, gue akhirnya terlelap dengan bahagia di basecamp setelah seharian duduk di bus.
Laper bego, udah makan ngantuk. Kelakuan banget gak di mana-mana ya. Meski Payung Teduh berkata malam terlalu malam, pagi terlalu pagi, tidur itu perlu gaes. Dan meski gue gatau di mana korelasi di antaranya, gue akhirnya terlelap dengan bahagia di basecamp setelah seharian duduk di bus.
Tugu Topeng, Kalianda |
Basecamp \m/ |
Jadi pagi itu, kita sarapan, bersih-bersih dan saling mengakrabkan diri sembari menunggu rombongan yang katanya masih di jalan.
Fyi, trip kali ini diikuti cukup banyak pendaki dan setengahnya itu dari Jakarta. Sang ketua pembuat trip dan sahabat gue J.Fadilah ini bareng sama rombongan dari Jakarta. Jadi ceritanya cuma mereka yang gue kenal sebelumnya, bisa dipastikan dari gue menginjakkan kaki di Kalianda semalam, gue haha-hihi sama orang baru semua. Iya mereka yang ketemu di Kalianda adalah orang yang bener-bener baru gue kenal. But it was so fun, yeah.
Mereka yang ditunggu akhirnya datang. Ada beberapa orang yang gue kenal yang ternyata ikut trip ini juga. Bismillah first and here we go! Kurang lebih pukul 09.30 wib kita memulai pendakian. Ada 5 pos yang harus dilewati untuk sampai ke puncak. Jalan menuju pos pertama katanya sering menyesatkan dan ya memang begitu adanya. Banyak pertigaan yang bisa bikin aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Oke. Jalan menuju pos 1 masih dipenuhi oleh kebun-kebun milik petani. Pohon coklat berjajar rapi di kiri dan kanan jalan. Pertanyaan "ini boleh diminta gak sih coklatnya?" akhirnya terjawab saat ada yang ngasih ini pas perjalanan pulang, eheheh.
Karena dikasih silverqueen terlalu mainstream |
Anyway, nama gunungnya ini Rajabasa. Anehnya, kereta Rajabasa yang melanglang buana dari Palembang sampai Lampung gak ngelewatin gunung ini. Oke ga usah dipikirin kenapa. Jadi Rajabasa ini memiliki ketinggian 1282 meter di atas permukaan laut dan belakangan mulai terkenal karena pernah menjadi salah satu tujuan pemecahan rekor pendakian seseorang. Kondisi cuaca yang sedang kemarau tak berkesudahan membuat perjalanan di siang hari menjadi "nggak banget". Banyak kebun-kebun petani kekeringan dan membuat banyak pendaki kepanasan. Let me say hufffff~
Suara gemericik air mulai tertangkap di telinga. Mata air di bawah menandakan bahwa kita sudah sampai di pos 1. Yeiy check point~. Jauh? Iyaa jauh, meski belum sejauh kita tapi lumayan bisa dipake sampai pdkt *eh gimana*. Setelah istirahat dan isi ulang botol-botol kosong dari sumber air ini, gue dan rombongan melanjutkan perjalanan.
Mata air di Pos 1 |
Mereka sibuk sama melon susu dibelakang, gue terabaikan ._. |
Pos 3 |
They said, this is the Rajabasa icon |
Hello sunsweet! See that's sea |
Ini diambil pagi besoknya, cool yeah! |
Celpiiiiih :3 |
Finaly, we meet again, abang :3 |
With the best one, Acil on my left and Bang Adit (right) |
Is not campaign, anyway |
Yeaaaah!! |
And now, its time to back home. Perpisahan itu nyebelin ya. Iya. Tapi kita semua mesti balik, Beberapa langsung menuju pelabuhan Bakauheuni untuk kembali ka Jakarta, sisanya termasuk gue kembali ke basecampe dan ujungnya mereka pulang ke rumahnya masing-masing dan tinggal gue nyisa di basecamp. Setelah merepotkan sang tuan rumah dengan segala keribetan gue buat balik, keesokan paginya barulah gue bisa kembali ke Indralaya.... yang ternyata masih berasap.
A.Thian said "You won't believe how awesome you are, how awesome you can be, until you've traveled alone to a place you've never been before" Well, I just prove it. Thanks God, for the fuckin' awesome me.
October 10th-12nd, 2014 from Rajabasa 1282 mdpl :)
Not full team |
See you in another summit. Thankyou guys *kisses hugs*
0 komentar