Tuan Penerima Surat Pertama
Kepadamu, penerima suratku yang pertama.
Adalah kau yang baru pertama mendapat kiriman surat cinta, kau yang pertama kupikirkan di saat bangun dan lelapku, dan kau yang pertama kuharapkan ada untuk menghabiskan sisa hidup bersama; tuan yang kini jauh di mata namun dekat di hati.
Selamat siang, tuan. Sebelum surat ini berkisah lebih jauh, ku beritahu satu hal padamu; kelak, kau akan terus mendapat kiriman surat cinta dariku setelah hari ini. Hhe, aku yakin bahwa kau tidak akan keberatan dijadikan tokoh utama di surat-suratku nanti.
Sadarkah tuan jika hari ini tepat pekan ke tiga sejak terakhir kali jemari kita saling berpagutan? Rinduku entah sudah berapa banyak, pun kamu. Siang terakhir itu, masing-masing kita sibuk bersembunyi dibalik tawa: meski aku tak lebih pandai darimu dalam hal menyembunyikan duka. Kau berusaha melontar canda saat melihatku yang lebih banyak diam ketimbang biasa. Tahukah Tuan? Tenggorokanku sesak menahan isak yang akan meledak jika terus bicara sambil menatap teduh matamu.
Ah maaf, tak pantas rasanya bersedih di surat cinta pertamamu.
Ingatkah tuan perihal pertemuan pertama kita (lagi) setelah beberapa hari kenal sebagai team di salah satu perjalanan? Saat itu di rumah keduaku (re:sekret), kau bersama dua orang lainnya datang untuk berbagi dokumen perjalanan, dan kita kembali bertemu karena secara tidak sengaja akupun sedang berada di sana. Sejak saat itu, (hingga sekarang), aku terus menantikan pertemuan kedua, ketiga dan ke-banyak kalinya denganmu.
Tuan tidak bisa menjanjikan kapan hari pertemuan itu tiba. Pun aku. Satu hal yang aku tahu, hari itu akan tiba. Ya, hari yang lebih indah dari biasanya, lebih bermakna dan lebih berwarna tentunya.
Salam
Dari aku yang ingin rindu itu terus menggebu meski tahun telah berlalu.
0 komentar