Kita di Kalianda
Day 6
Kepadamu surat ini kukirimkan,
“Abang, ini gue D, temennya R yang dari Plbg, gue udah di jalan”
“Oke sip”
Singkat, padat dan jelas isi pesan yang abang balas sebagai awal percakapan pertama kita kala itu. Ingatkah? Hmm abang mungkin lupa karena pasti banyak di antara kenalan abang melakukan hal yang sama. Tapi pasti abang ingat pada seorang gadis yang merengek minta makan karena kelaparan akibat menempuh perjalanan seharian; Palembang-Kalianda sesaat setelah ia sampai?
Hai, abang dalam keadaan baik saja bukan? Meski disibukkan dengan berbagai kegiatan dan segudang jadwal perjalanan, abang harus tetap menjaga kondisi kesehatan. Abang mungkin tidak akan pernah membaca surat ini, jika abang kebetulan tidak sengaja menemukannya, abang tidak perlu banyak bertanya, cukup ketahui bahwa aku bahagia tiap mengingat pertemuan pertama kita dan kisah manis di dalamnya.
“I...” jawabmu sembari kita berjabat tangan. Tidak perlu waktu lama bagi kita yang baru saja berkenalan untuk bisa saling bertukar gurau. Sosokmu yang mudah bergaul dengan orang baru tentu semakin memudahkanku untuk menyesuaikan diri.
“Lo jauh-jauh dari Palembang cuma minta makan, yaelah dek.”
Perkenalan kita malam itu tidak lebih dari seorang pemandu yang menjemput kedatangan tamu pendakinya yang berasal dari tempat cukup jauh. Tapi tenang saja, kita sudah cukup akrab untuk ukuran seorang yang baru beberapa jam bertatap muka dan saling mengenal.
“Kenal I... di mana?”
“Baru ketemu tadi kok, bang”
“Oh, gue pikir udah kenal lama, keliatan deket banget gitu abisnya”
Mudah bergaul tidak berarti bisa dengan mudah menjadi akrab apalagi nyaman dengan seseorang. Aku adalah satu di antara mereka yang ada dalam kelompok ini. Tidak mudah bagiku untuk berbagi tawa melempar canda apalagi bercerita dengan orang yang baru dikenal. Tapi tidak saat aku berada dekat dengan abang.
Ke-sulung-an yang selama ini tertanam di diriku runtuh begitu saja ketika di-adek-kan pada setiap kesempatan. Abang benar menjadi sesosok kakak yang ada untuk menjaga dan melindungi adiknya, mungkin itu juga salah satu yang menjadikan aku bisa dengan mudah akrab dengan abang.
Aku menuliskannya sebagai pengingat untuk sebuah kesan pertama yang tercipta selama perkenalan. Untuk setiap hal manis yang telah abang lakukan, untuk keceriaan yang tidak henti abang ciptakan selama perjalanan, untuk segala bentuk perhatian yang abang berikan dan untuk pertemuan kedua, ketiga, ke-banyak yang dinantikan, ku harap semesta berbaik hati untuk mengabulkan.
Terima kasih,
Aku, D
0 komentar