Aku di Taman Bermain

by - 10:16

Kepalamu adalah taman bermain. Aku, anak kecil yang enggan meninggalkan sebelum mama memanggil. Ada labirin memanggil mencoba mengajak bermain ke sana.
Rumit memang, tapi tak apa. Aku suka berlama-lama di dalamnya Itupun jika kau mau membuka satu persatu penghalang untuk masuk lebih jauh ke dalam.
Bianglala terus berputar, tidak peduli seberapa takut ia yang berada di atas sana. Aku berpegang erat berusaha menikmati setiap gaya yang diberikan pada porosnya.

Jungkat-jungkit di ujung taman seperti tidak berpemilik. Beberapa hal mungkin tak perlu diungkit agar tidak kembali sakit. 
Piknik mungkin menjadi satu dari sejuta pilihan liburan. Aroma khas buku yang baru dibeli tak pernah gagal membuatmu tersenyum sesaat ketika membauinya. Sementara aku berharap menjadi satu dari sekian Bab yang tak bosan ingin kau ulangi membacanya. Ah, senja kini menjadi penanda untuk setiap cangkir kopi yang pernah dibuat dengan atau tanpa ecap.


Berputar tiga ratus enampuluh derajat di halilintar tidak lebih menyeramkan dari apa yang ada di pikiranmu saat ini. Kamu tahu? Segalanya menjadi lebih mudah dan indah dengan diberi spasi, seperti pada tulisan ini. Tapi tidak dengan hubungan yang melibatkan kita di dalam sini. Ya, kita pernah sedekat jengkal sebelum akhirnya menjadi sejauh bintang.

Tolong berhenti menatap dengan kedua mata yang bercahaya layaknya carousel di malam hari. Aku begitu sulit melupakan sinar yang berkelip tak henti.
Jika kemarau tidak berhasil mencairkan dinginmu, aku khawatir hujan semakin membekukan.
Bahkan aku lebih asing dari sekedar orang yang baru kau kenal. Sementara punggung malam bertautan dengan angin mencoba memelukmu dari balakang. 

Aku berlari, menghindari diri dari keramaian taman. Sayangnya, kamu adalah pusat gravitasi. Kau mampu menarik ia yang tadinya tidak tertarik hingga tidak ingin dirinya ditarik. Kepadamu semua terjatuh. Pun itu cinta. Termasuk aku di dalamnya.

You May Also Like

0 komentar