Bahasa di Sumatera Selatan

by - 11:24

Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Teeeet! Dari Sabang sampai Merauke. Yak! satujuta rupiaaaah. Oke. Maap.
Tahukah anda bahwa lagu nasional tersebut dibuat berdasarkan kisah nyata? Yaaaa, walaupun udah pada tau, gapapa deh ya kalo gue lanjutin. Indonesia adalah negara kepulauan yang tersusun dari puluhan ribu pulau yang detailnya bisa lo cari sendiri di google. Sabang dan Merauke itu dianggap bisa mewakili secara keseluruhan karena masing-masing berada di ujung barat dan timur Indonesia. Kalau mau yang lebih lengkap, dari barat samapi tirmur dan selatan sampai utara, mungkin bisa dengerin jingle mie Indonesia itu. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote. Indonesia tanah airku. Indomie selerakuuuuuuu~

Sebagai bangsa yang memiliki banyak pulau, tentu Indonesia juga terdiri dari berbagai suku yang setiap sukunya memilki bahasa daerahnya masing-masing. Itulah mengapa diciptakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Terus kenapa gue bahas itu? Gapapa sih biar keliatan keren aja di alenia pembuka.


Di tulisan ini, gue mau berbagi pengetahuan soal bahasa yang digunakan masyarakat Sumsel berdasarkan pengalaman gue tinggal di sana. Yang pertama harus lo ketahuin adalah; setiap daerah di Sumatera Selatan memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Jangankan kabupaten atau kota, beda desa aja kadang udah beda bahasa. Oiya, satu lagi yang mendasar di sini pun di berbagai daerah (kecuali di Jakarta dan kota-kota yang mulai tergerus keasliannya); gak ada yang ngomong pake lo-gue, rata-rata aku-kamu atau menggunakan bahasa setempat. Sebagai seorang yang lama tinggal di ibukota, awalnya gue begitu awkward untuk berbicara aku-kamu, terlebih dengan lawan jenis. Tapi setelah empat tahun tinggal di sana dan sekarang kembali ke Jakarta, rasanya gue lebih nyaman menggunakan aku-kamu saat berbicara. Lah tapi nulis ini masih pake gue-lo, gimana coba. Ngg.... buat bahasa tulisan mungkin gue lebih nyaman begini, tapi kalo berbicara langsung lebih suka pake aku-kamu kayanya. Biar lebih akrab gitu.

Oke balik lagi. Selama ini, kebanyakan orang tahunya Sumsel adalah Palembang, dengan bahasanya; bahasa Palembang, padahal Sumsel itu bukan cuma Palembang dengan bahasanya, ada banyak daerang yang juga memiliki bahasa ibunya, sebut saja bahasa ogan, bahasa komering, bahasa pagaralam, dan beberapa bahasa daerah setempat yang rata-rata dihimpun dari bahasa melayu. Nah kalo suka nonton Upin Ipin, akan ditemukan penggunaan beberapa kata yang mirip atau bahkan sama dengan yang ada di sini.

Bahasa di Sumsel ini sebenernya mirip satu dengan yang lainnya, nah yang mirip itu biasanya juga mirip dengan bahasa Indonesia, cuma diganti huruf vokalnya saja. "(di/kemana" dalam bahasa Indonesia, akan menjadi "(di/ke) mano" di Palembang, dan menjadi "(di/ke) mane" di daerah lainnya. "Iya", jika di Palembang akan menjadi "iyo", dan akan berbeda penyebutannya di beberapa daerah, misalnya di kampung halaman gue, desa Mendala kabupaten Ogan Komering Ulu, orang disana menyebut "iya" dengan "ao", lain lagi dengan salah satu desa di kabupaten Ogan Komering Ilir, desa Sungai Lumpur, "iya" di sana adalah "ya'o".

Beberapa kata yang juga biasa digunakan sebagai imbuhan di penggunaan bahasa palembang dan sekitarnya adalah "cak, mak"; "cak man(o/e)?", "mak man(o/e)?" yang berarti "bagaimana". Ada juga "nak" yang artinya "mau", misal "nak kemano kamu ni?" = "mau kemana kamu". 

Nih deh gue kasih beberapa kosakata dasar yang biasa digunakan sehari-hari di sana
idak / dide' / dekde = ngga
iyo / ao / yak'o = iya
katek = ga ada
usum = hompimpa
dem / sudem = sudah
payo = ayo
gawe = kerja
busuk = bau 
pacak / biso = bisa
galak / nak = mau 
jahat = jelek
umeh / nyai / ombay = nenek
ugok / pugok / yai / akas = kakek
kau / ngan / dengan = kamu
sikok = satu
selawe = dua puluh lima
kesa = pergi 
bae / kian = saja
bebala = berkelahi
galo / gale = semua
merajuk = ngambek / marah
stop = semacam "kiri bang"-nya Jakarta 
jingok = melihat 
dulur / sanak = saudara
besak, kecik = besar, kecil
bongok / bange / buyan = bodoh
berapo, siapo = berapa, siapa
besabun = mencuci
wong = orang
...dan masih banyak banget yang lainnya.

Itu hanya sebagian kecil aja dari yang biasa gue temuin sehari-hari. Seperti yang udah gue sebutin sebelumnya bahwa di Sumsel ini ada beberapa bahasa yang digunakan, bukan hanya bahasa palembang.

Salah seorang temen yang asli keturunan Palembang pernah mengatakan ke gue bahwa bahasa palembang yang ada sekarang sudah merupakan hasil campuran beberapa bahasa. Itulah mengapa ada beberapa kata yang sama dengan bahasa jawa. Beda dari keduanya adalah pelafalan dan logat berbicara. Cara orang Sumatera berbicara memang berbeda dengan orang Jawa. Ya, seperti halnya yang tertanam selama ini bahwa orang Sumatera itu keras dan orang Jawa itu halus. Bahasa Palembang asli itu lebih sulit untuk dingertiin, sama kaya kamu bahasa-bahasa di daerah yang masih pedesaan gitu. Susah.
Gue yang udah empat tahun aja masih suka nanya kalo ada kata asing yang baru gue denger, haha. Tapi kurang lebih gue ngerti kok apa yang diomongin, kesulitannya cuma pas lagi mau ngomong. Bukan ga bisa. Bisa, ngerti. Cumaaaa, karena ga bisa logatnya. jadi agak aneh aja kedengerannya pas gue yang ngomong. Gak diketawain sih, paling di laugh out loud-in doang (plus dicaci kalo gue salah melafalkannya) sama temen-temen gue. Hih! 

"Dem. Caknyo itu bae yang pacak aku omongi. Kalu mangcek, bicek, segalonyo, ado yang nak ditambahke, tulis bae komen di bawah ini

You May Also Like

0 komentar