Hilang dalam Kehampaan

by - 13:10

Hatinya pilu, tak dapat dibuka apalagi sekedar untuk mendamaikan rindu. Mata lusuh itu mencoba menahan air yang kapan saja bisa datang membanjiri pipi layaknya sebuah bah. Kenangan akan sebuah kebersamaan sulit atau mungkin enggan untuk ia dibuang, bahkan disaat peluk tak lagi bisa menenangkan ingatan yang liar menjalari pikiran. Lututnya bersimpuh sedang jemari di tangannya coba menggapai tangan seseorang yang biasa menguatkan.

Cangkir tempat dulu ia menumpahkan semua kasih dan sayangnya kini kosong. Ampas bekas kopi yang pernah ia buat pun tak pernah lagi menghitami dasar gelas. Baginya, tak ada lagi pembahasan menarik perihal kopi dan antek-anteknya. Hitam terlalu hitam untuk dijadikan putih bahkan untuk sebuah abu-abu. Ketika ampas tak lagi berbekas, mungkin sudah waktunya untuk segera berkemas.

Seingatnya, ia sudah mampu menatap balik mata yang tak pernah lepas memandangnya bahkan ketika mulut sibuk mengunyah bakwan jagung yang dibawa. Penjahat waktu, mungkin adalah yang paling tepat bagi ia yang merengek saat menawar pertambahan waktu untuk bisa bersama. Tentu saja ia selalu berhasil menahan beberapa menit singkatnya hanya untuk sekedar duduk, bersandar dan berbicara perihal apa saja sambil menatap orang bermain bola di lapangan ujung sana.


Waktu senja yang biasa mereka habiskan untuk berceita kini tak lagi berwarna jingga. Tak perlu dimengerti bagaimana rumitnya kisah dua orang anak muda yang pernah saling menuai cinta. Perkara logika dan hati manusia yang tak pernah akur, kepadanya ia menundukkan kepala dan berdoa. Tidak berguna sekalipun itu sebuah maaf. Kepergian tidak memperbaiki luka yang sudah terlanjur bernanah, hanya semakin menambah pedih karena lubang di hatinya kini bertambah.

Detik berdetak menjadi menit hingga akhirnya berganti dari hari ke hari. Musim berubah, pepohonan mulai menguning mengibaratkan ketidaksukaannya terhadap angin saat mencoba merontokkan dedaunan di rantingnya. Kali ini ia benar-benar sendiri, mencoba berjalan menyusuri jalan yang sudah pernah dilalui sebelumnya. Terasa tidak jauh berbeda namun lebih membuatnya berada dalam kehampaan dan cukup luar biasa melelahkan.

Kakinya terus melakangkah, meski tak tau ke mana lagi jalan yang harus ia susuri. Seteguk air penghapus dahaga mungkin bisa membantu mengembalikan senyumnya. Apapun petunjuknya semoga ia mampu membaca hingga pada akhirnya menemukan cahaya di ujung sana. Tuan, kiranya anda bersedia mendampingi ia menemukan jalannya mungkin akan ada sedikit warna di buram hidupnya.

 
pic via google.com

You May Also Like

0 komentar