Hey Des!!

Powered by Blogger.
Hai,
Waktu senggang kebetulan sedang datang. Selama sore, sayang.
Aku tau ini terlalu cepat, surat kemarin pun belum sempat kau balas. Tak apa sayang, aku hanya ingin surat itu sampai dalam keadan utuh di tanganmu dengan atau tanpa balas.

Isi dikepala tak sabar ingin segera disuarakan. Ingin sekali bisa kembali bercerita dengan tatap mata penuh cahaya. Sore ini tak seperti biasa. Aku menulis dengan tak lagi ditemani dinding ataupun lantai di kamar. Satu cup yoghurt ukuran single ditambah 2 buah donat dengan topping favorite sungguh membahagiakan di sore yang sejuk ini.

Orang-orang ramai lalu lalang dan tak ada seorang pun yang ku kenal. Sendiri memang, tapi bahagia turut serta menemani kesendirian yang tak seberapa ini. Jadwal penuh hari ini bagiku cukup untuk bisa melupakan rindu. Bagaimana harimu? Jangan lupa untuk selalu berbahagia dan berdoa tentu saja.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ia tidak sedang jatuh cinta.
Hanya berulang menjatuhkan tatap pada satu sosok yang sama.
dalam diam ia coba perhatikan setiap gerakan.
Matanya terus memandang, dan menampikkan setiap pandang jika kebetulan berkenaan. 

Ia tidak sedang jatuh cinta.
Memandang dari kejauhan tetap saja terus dilakukan.
Berkali datang ke tempat yang sama, sedang mata sibuk memperhatikan sekitar.
Berharap satu dari puluhan orang yang datang.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pict taken by me, November 2013

"Ayuk, itu apo?" tanya polos seorang gadis kecil saat melihat kamera DSLR yang ku bawa. 

Sekejap aku menjelma menjadi sosok soktau yang memberi penjelasan singkat soal kamera dan foto pada seorang gadis kecil. Entah bagaimana, tiba-tiba ia datang menghampiri disaat aku sedang asik mengambil gambar beberapa orang teman yang sedang melakukan aksi. Yaa, pagi itu aku memang sedang berperan menjadi fotografer dalam salah satu agenda kegiatan organisasi ke-pangan-an yang aku ikuti di kampus.

Gadis kecil ini terlihat sederhana diantara anak-anak yang berlarian menonton aksi kami. Tubuhnya diselimuti oleh baju dan celana kebesaran, aksesoris kuning melengkapi diri sebagai penghias rambut di kepalanya. Kaki mungil tanpa alas berjalan mengikuti kemana Ibu melangkah. 

Kepalanya mungkin haus rasa keingintahuan akan sebuah benda yang bisa memenjarakan waktu di dalamnya. Hingga akhirnya Ia memberanikan diri untuk mendekat, sedang Ibu dan adiknya sibuk mencari barang-barang di pinggir jalan yang tak dihiraukan kebanyakan orang tapi bernilai jual untuk kemudian ditukar dengan makanan.

"Yuk, aku galak jugo difoto"

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ia adalah salah satu robot kucing yang diciptakan di masa depan.
Tidak memiliki kuping layaknya seekor kucing, sebabnya ia sering dikira sebagai robot musang.
Bulat, lucu, menggemaskan dan biru, meski itu bukanlah warna asli tubuhnya.
Dorayaki adalah kesukaannya, sedang Dorami adalah adik perempuannya.
Memiliki trauma berat terhadap seekor tikus.

Doraemon. Yaa, satu sosok yang langsung terpikir saat ternyata surat hari ini musti ditujukan untuk karakter atau tokoh animasi favorit. Pun bukan salah satu fans fanatic, tapi tokoh satu ini menghidupi perjalanan hidup dengan penuh imajinasi.

Baling-baling bambu, mesin waktu, pintu ajaib, ah siapa yang tak kenal peralatan ajaib yang keluar dari kantong sang robot kucing dari masa depan satu ini. Di puluhan tahun perjalanan kisahnya, Nobita masih saja terus mengiba dan tentu saja masih duduk di bangku kelas V SD. 

Siapa yang  tak mengenal soundtrack dan iringan musik di setiap serial film ini.

Aku ingin begini, aku ingin begitu
Ingin ini ingin itu banyak sekali
Semua-semua semua dapat di kabulkan
Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib
La la la.. Aku sayang sekali Doraemooon...
La la la.. Aku sayang sekali Doraemooon...

Tak ada lagi yang ingin ku sampaikan selain ungkapan terimakasih untuk sesorang luar biasa yang telah melahirkan tokoh imajinasi favorite pada tiap anak di seluruh dunia. Bapak Fujiko F Fujio.

-Day 11
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Jemari kembali menari mengikuti jejak langkah seorang yang sedang berlari di kepala. Terlalu mudah memang untuk menebak itu siapa. Semoga bosan tidak ikut datang bersamaan dengan surat ini sampai. Surat ke-sekian yang ku tuju padamu. 

Selamat sore, 

Seperti biasa, aku dalam keadaan baik dan luar biasa tentunya, semoga kau juga demikian disana. Sayang, gudang tempat penyimpanan rinduku sepertinya sudah penuh. Terasa amat sesak di dalam. Kapan kiranya kamu kembali datang untuk kemudian membagi sebagian rindu ini bersama lagi? 

Percakapan dalam beberapa malam denganmu sungguh membuatku rindu akan kisah yang ku tahu bukan semu. Bahkan dalam riuhnya hujan dan petir di luar sana aku masih bisa membayangkan senyum dan sorot matamu saat memandangiku bercerita. Mata yang tak pernah gagal membuat aku jatuh ke dalamnya. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Lisan ini terlalu kaku untuk sekedar menyatakan cinta kepada seorang saudara. Bukan tidak ingin, namun terkadang pertemuan membuat kita lupa arti sebuah ketiadaan. Izinkan aku menuliskan kata yang selalu terbata setiap kali ingin berbicara.

Keegoisanku mungkin masih terbilang cukup tinggi, bahkan untuk seorang sulung di rumah. Maaf untuk peduli yang kadang masih ku abaikan.
Ingatan kebersamaan masa kecil terlihat buram. Pertengkaran dan keributan khas anak-anak lebih banyak terbayang. Maaf untuk masa ketika aku enggan mengalah, hingga pada akhirnya aku tahu bahwa mengalah tak selalu kalah.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai,
Aku tau kita tidak saling mengenal, tapi biarkan aku menulis surat cinta sebagai bentuk maafku yang mungkin tak pernah kau kira.
Jujur, aku tidak tau harus memulainya dari mana. Aku tak ingin merusak semuanya. 
Kau terlalu  berharga untuk dihancurkan oleh sebuah kotoran yang tak seharusnya ada.

Aku mengenalnya sudah cukup lama, tapi tentu tidak lebih lama darimu. Aku meminta maaf atas perkenalan lebih jauh yang membawa kita sampai pada perasaan yang kita tak pernah ingin aku atau dia rasa. Aku tak bisa menolak untuk tidak jatuh dan mencinta. Maaf untuk itu semua.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pada setiap rintik hujan yang turun aku berpasrah. Meyakini bahwa masih ada secercah cerah yang terselip di dalamnya. Langitku kini penuh, masih dihiasi awan-awan temaram dan sedikit kabut tak bertuan.

Di setiap langkah yang kadang tak berarah, aku berpasrah. Berusaha memahami jejak langkah yang entah telah dilewati oleh siapa. Aku tersesat, Tuan. Begitu melelahkan untuk bahkan mencari sebuah jawaban.

Meskipun tangan menopang bahu seorang teman, lengan ini tak terpegang untuk kadang bisa bertahan. Bahu selalu bisa diandalkan untuk menenangkan ketidakwarasan yang muncul ketika aku mulai bersandar pada sebuah bentuk kenyataan. Bawakan untukku sebuah, Tuan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hari ini aku kembali ke kampus. Duduk dalam ruang kuliah dengan segala carut marut di dalamnya. Tak lama aku di dalam sana dan kelas bubar setelah dosen di mata kuliah kedua ternyata absen siang ini. Aku pulang dengan segala kerumitan akan tugas yang sedang asik berkompromi dengan malas di kepala. 

Sepetak kamar cukup luas yang disekat dengan sebuah triplek telah menanti dan menunggu penghuninya kembali. Ia tak tahu bahwa sebenarnya sang penghunin enggan untuk cepat-cepat pulang dan menghabiskan hari di dalam sana, sendiri.

Hampir tiga tahun sudah aku menghabiskan sisa hari dan malamku di tempat ini. Yaa, setelah seharian berkecamuk dengan riuhnya hari, kasur di kamar inilah yang paling aku cari. Berteman bantal si penghapus sesal dan guling sang pemeluk rindu.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Teruntuk wanita tua di kursi roda.
Aku tak tau musti berkata apa.
Iba tidaklah pantas jika aku harus mengada.
Kau terlalu istimewa untuk sesosok wanita yang sudah tak lagi muda.

Teruntuk wanita tua di kursi roda.
Dirimu masih saja terus bercerita perjalanan di masa jaya.
Meski raga kini mulai renta.
Kau tak pernah lupa untuk tetap mencinta keluarga.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Instagram: @desimegaw

Labels

#30HariMenulisSuratCinta SajakSajakPatah CampusLife Story Of My Life Artikel Catatan Perjalanan CeritaPendek Blog Competition Tentang Rindu

recent posts

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  December (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  February (6)
    • ►  January (3)
  • ▼  2014 (27)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  March (2)
    • ▼  February (10)
      • Sayang, Ini Hariku
      • Jatuh dalam Diam
      • Tukang Foto
      • Bukan untuk Robot Musang
      • Truly Flame
      • Gadis-Gadis Kecil Kini Mulai Dewasa
      • Maaf Untuk Semua
      • Bawakan Satu Untukku
      • Sepetak Kamar Kostan
      • Wanita Tua di Kursi Roda
    • ►  January (3)
  • ►  2013 (19)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (4)
    • ►  February (5)
  • ►  2012 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)

Follow me on:

  • Soundcloud
  • Twitter
  • Instagram

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates