Truly Flame

by - 05:30

Jemari kembali menari mengikuti jejak langkah seorang yang sedang berlari di kepala. Terlalu mudah memang untuk menebak itu siapa. Semoga bosan tidak ikut datang bersamaan dengan surat ini sampai. Surat ke-sekian yang ku tuju padamu. 

Selamat sore, 

Seperti biasa, aku dalam keadaan baik dan luar biasa tentunya, semoga kau juga demikian disana. Sayang, gudang tempat penyimpanan rinduku sepertinya sudah penuh. Terasa amat sesak di dalam. Kapan kiranya kamu kembali datang untuk kemudian membagi sebagian rindu ini bersama lagi? 

Percakapan dalam beberapa malam denganmu sungguh membuatku rindu akan kisah yang ku tahu bukan semu. Bahkan dalam riuhnya hujan dan petir di luar sana aku masih bisa membayangkan senyum dan sorot matamu saat memandangiku bercerita. Mata yang tak pernah gagal membuat aku jatuh ke dalamnya. 

Kamu -sosok yang tak pernah tak menyenangkan, bahkan disaat kau sedang menyebalkan, disisimu adalah satu yang selalu membuatku merasa nyaman.

Waktu akan berjalan begitu cepat ketika dihabiskan bersama orang yang menyenangkan. Teori yang entah mengapa berlaku ketika aku bersamamu. Aku tak mengerti.
Sayang, susu coklat dan kopi pekat yang kuseduh sore itu mungkin akan menjadi kita yang langka. Percayalah, aku tak pernah jenuh untuk membuatnya. 

Sayang, aku tahu aku tidak pandai bernyanyi dan kau pun sadar akan itu. Yaa, suaraku bahkan tak lebih bagus dari kepakan sayap seekor nyamuk. Berpura-pura lupa pada sebuah lagu yang ku tahu kau hapal betul bagaimana liriknya hanya untuk dinyanyikan olehku. Bagaimana aku bisa menolak untuk tak jatuh dan mencinta? 

Girl, tell me only this 
That I'll have your heart for always 
And you want me by your side 
Whispering the words I'll always love you 
And forever I will be your lover 
And I know if you really care 
I will always be there -Truly by Lionel Richie 

Atau, ingatkah ini? 

Close your eyes, 
give me your hand darling 
Do you feel my heart beating 
Do you understand?
Do you feel the same, 
am I only dreaming -Eternal Flame by The Bangles 

Ah ya, lagu kita, sebut saja begitu.

Sayang, mata ini sudah tak sabar melihat cermin dirinya dalam matamu. Hidung ini ingin kembali membaui wangi yang sudah ia kenali betul itu punyamu. Telinga ini rindu mendengar bisik cinta dan cerita yang kau dendangkan hampir setiap hari. Sendok dan gelas juga rindu bergerumul dengan pekatnya kopi yang ku buat di siang penuh matahari. Bahkan lambung ini ingin segera bertemu dengan hangatnya bakwan jagung yang kau bawa dan aku perlu berebut untuk mendapatkannya.

Cepat kembali. 
Inderalaya, 10 Februari 2014

Day 10 
Tertanda 
Aku yang ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganmu.

You May Also Like

0 komentar